Kisah ini juga true story di mulai saat Fany seorang ibu muda, 26 tahun yang telah bersuami dan mempunyai seorang anak berumur 1 tahun di tempatkan di Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman-Sumatera Barat. Kabupaten ini terkenal dengan magisnya yang kuat, terletak di pesisir selatan Sumatera Barat. Demi karirnya di sebuah Bank swasta pemerintah, ia terpaksa bolak balik Padang – Lubuk Sikaping tiap akhir minggu mengunjungi sang suami yang menjadi dosen pada sebuah Universitas di kota Padang.
Awalnya Fany mengenal Andri sejak Fany kost di rumah kakak perempuannya. Fany tidak begitu kenal dekat, Fany hanya menganggukkan kepala saja saat bertemu dengannya. Diapun begitu juga pada Fany. Jadi mereka belum pernah berkomunikasi langsung. Yah, sebagai adik pemilik rumah tempat kostnya, Fany harus bisa menempatkan diri seakrab mungkin. Apalagi sifatnya yang suka menyapa dan memberi senyum pada orang yang Fany kenal. Fany tahu diri sebab Fany adalah pendatang di daerah yang cukup jauh dari kota tempat Fany bermukim.
Begitu juga dengan latar belakang Andri Fany tidak begitu tahu. Mulai dari statusnya, usianya juga pekerjaannya. Perkenalan mereka terjadi di saat Fany akan pulang ke Padang.
Saat itu hari jumat sore sekitar jam 17.30. Fany tengah menunggu bis yang akan membawanya ke Padang, maklum di depan rumah kostnya itu adalah jalan raya Lintas Sumatera, jadi bis umum yang dari Medan sering melewatinya. Tak seperti biasanya meskipun jam telah menunjukan pukul 17.50, bis tak kunjung juga lewat. Fany jadi gelisah karena biasanya bis ke Padang amatlah banyak. Jika tidak mendapat yang langsung ke Padang, Fany transit dulu di Bukittinggi, dan naik travel dari Bukittinggi.
Kegelisahannya saat menunggu itu di lihat oleh ibu pemilik kost Fany. Ia lalu memanggil Fany dan mengatakan bahwa adiknya Andri juga mau ke Padang untuk membawa muatan yang akan di bongkar di Padang. Dengan sedikit basa basi Fany berusaha menolak tawarannya itu, namun mengingat Fany harus pulang dan bertemu suami dan anaknya, maka tawaran itu Fany terima. Yah, lalu Fany naik truknya itu menuju Padang.
Selama perjalanan Fany berusaha untuk bersikap sopan dan akrab dengan lelaki adik pemilik kostnya itu yang akhirnya Fany ketahui bernama Andri. Usianya saat itu sekitar 45 tahun. Lalu mereka terlibat obrolan yang mulai akrab, saling bercerita mulai dari pekerjaan Fany juga pekerjaan Andri sebagai seorang sopir truk antar daerah. Iapun bercerita tentang pengalamannya mengunjungi berbagai daerah di pulau Sumatera dan Jawa.
Fany mendengarkannya dengan baik. Dia bercerita tentang suka duka sebagai sopir, juga tentang stigma orang-orang tentang sifat sopir yang sering beristri di setiap daerah. Fanypun memberikan tanggapan seadanya, dapat dimaklumi karena Fany yang di besarkan dalam keluarga pegawai negeri tidak begitu tahu kehidupan sopir.
Fanypun bercerita juga tentang pekerjaannya di bidang perbankan dan suka dukanya. Iapun sempat memuji Fany yang mau di tempatkan di luar daerah, dan rela meninggalkan keluarga di kota Padang. Ya Fany tentunya memberikan alasan yang bisa diterima dan masuk akal.
Fany juga memujinya tentang ketekunannya berkerja mencari sesuap nasi dan tidak mau menggantungkan hidup kepada keluarga kakaknya yang juga termasuk berada. Iapun berkata bahwa truk yang ia sopiri itu milik kakaknya itu, setelah ia dan suaminya pensiun dari guru. Sedangkan anak-anak kakaknya itu sudah bekeluarga semua, juga bekerja di beberapa kota di Sumatera juga Jakarta.
Selama perjalanan itu mereka semakin akrab. Fany sempat bertanya tentang keluarga Andri. Ia tampak sedih, menurutnya sang istri minta cerai dengan membawa serta 2 orang anaknya .Istrinya meminta cerai karena ada hasutan dari keluarganya bahwa seorang sopir suka menelantarkan keluarga. dan Andri memberi tahu dirinya sebab musabab ia bercerai dengan lengkap. Padahal bagi Fany saat itu, hal itu tidaklah begitu penting, namun sebagai lawan bicara yang baik selama di perjalanan lebih baik mendengarkan saja. Hingga akhirnya Fany sampai di dekat rumahnya di Padang.
Fany di jemput suaminya di perempatan jalan by pass itu, Fany sempat mengenalkan Andri pada suami dan suaminya, dan mengucapkan terima kasih atas bantuannya. Tak lupa Fany menawarkan singgah untuk makan kerumahnya, namun Andri dengan sopan menolaknya dengan alasan barang muatan truknya harus di bongkar secepatnya. Dan mereka pun berpisah di perempatan by pass itu.
Semenjak Fany mengenal Andri, Fany akhirnya sering menumpang truknya ke Padang. Fany jadi tidak kuatir lagi jika tidak ada bis umum yang akan ke membawanya ke Padang. Sejauh itu, keakraban Fany dan Andri, mereka masih dalam batas – batas yang di tentukan norma masyarakat Minang. Ya kadang dalam perjalanan jika perut lapar, mereka singgah untuk makan dan Fany selalu berusaha untuk membayar, sebab sebagai seorang wanita selalu ada perasaan tidak enak, jika semuanya menjadi tanggungannya. Fany tidak mau terlalu banyak berhutang budi pada orang. Itulah prinsip yang dianutnya dari kecil. Masa selama ke Padang udah gratis ,makan gratis pula??
Kejadian pulang ke Padang seolah telah biasa bagi Fany bersama Andri. Kadang dia tidak ke Padang, hanya ke Bukittinggi, Fany juga ikut menumpang, lalu dari Bukittinggi Fany naik travel atau bis. Fany pun akhirnya telah menganggap Andri seperti kakaknya sendiri. Itu karena ia sering memberinya petuah tentang hidup, misalnya harus banyak sabar jika jadi istri, juga sikapku yang baik dimata ibu kost kakaknya itu. Terkadang Fany sering membawakan oleh-oleh untukt ibu kostnya jika pulang, terkadang Fany menyisihkan buat Andri, ya meski harganya tidak seberapa namun ia amat senang.
Selama 2 bulan itu Fany selalu bersama Andri jika ke Padang. Mulailah Andri bersikap aneh. Kini dia jadi sering bicara jorok dan tabu. Juga ia mulai berani bertanya tentang gimana Fany berhubungan dengan suami, berapa lama suaminya bisa bertahan dan berapa kali Fany berhubungan selama seminggu.Pertanyaan-pertanyaannya ini tentu saja membuatnya merasa risih dan tidak enak hati. Fany kadang berusaha untuk pura-tidur tidur jika ia mulai berbicara tentang hal-hal yang tidak pantas itu. Meskipun ia mulai aneh dan bicara tentang hal-hal yang cabul itu. Fany bersyukur hingga saat ini Andri tidak macam macam kepadanya. Fany menyadari mungkin Andri sedang stress akibat hidupnya yang sendiri itu, namun Fany tidak menanggapinya, dan seperti angin lalu saja.
Hingga sampailah saat Fany pulang dengannya untuk kesekian kali, ia berusaha memegang jemari tangannya. Fany tentu saja kaget dan cemas, sekaligus takut. Fany langsung menarik tangannya dari genggaman Andri.
“Da jaan da, Fany alah balaki dan punyo anak ketek, apo uda ndak ibo membuek Fany kecewa (bang jangan bang…. Fany punya suami dan anak yang masih kecil,,apa abang tega membuat Fany kecewa)?” ucap Fany. Fany juga mengancam akan mengadukan perlakuannya itu kepada kakaknya. Andripun lantas melepaskan tangannya yang akan kembali meraih jemarinya. Fany juga berkatag padanya.
“Cukuik sampai disiko sajo da, Fany indak ka manumpang oto uda lai ( Fany tidak akan menumpang truk abang lagi)”. Hingga Fany sampai di Padang Fany hanya berucap terima kasih lalu diam. Fany masih kesal.Diapun sepertinya agak takut. Namun Fany tidak tahu apa yang membuatnya jadi seperti tadi.
Hampir selama sebulan ini Fany tidak melihat Andri di rumah kakaknya, namun truknya masih nongkrong di halaman samping rumah induk itu. Selama itu Fany pulang naik bis yang kadang transit di Bukittinggi. Fany tidak tahu kemana ia pergi, namun Fany menanyakan pada ibu kosnya, dan Fany di beri tahu bahwa Andri sedang mengunjungi mantan istrinya untuk menjenguk anaknya. Fanypun larut dengan rutinitasnya seperti biasa.
Namun hatinya yang tadinya kesal, dongkol dan marah kepada Andri tanpa sadari Fany perasaannya mulai berubah. Tiba – tiba saja Fany malah sangat ingin bertemu dan ingin numpang pulang dengan truknya. Ya, Fany seakan rindu berat.
Hari jumat sore itu dengan masih mengenakan pakaian kerja dan penutup kepala, Fanypun mau saja diajak pulang bareng dengan Andri yang mengantarkan muatan truknya ke Padang. Mereka berangkat jam setengah lima. Lalu dalam perjalanan lelaki berbadan tegap tersebut kembali bicara itu, tentangg hubungan laki-laki dan perempuan serta sifat perempuan yang memiliki libido tersembunyi.
Juga kekuatannya berhubungan badan dengan lawan jenis. Fany malah mendengar dengan seksama dan sesekali memberi komentar. Mungkin saja karena lama tidak tersalur atau laki – laki itu punya kemampuan lebih dalam hubungan badan, juga mungkin bantuan obat pemanbah perkasaant pria, komentar Fany. Sepertinya wanita muda tersebut tidak peduli lagi akan omongan joroknya Andri.
Hingga senja. Sekitar jam 7 lewat mereka turun mampir di rumah makan di pinggiran jalan di Bukittinggi untuk beristirahat sejenak sambil mengisi perut. Anehnya saat itu Fany membiarkan saja saat tangannya di gandeng oleh Andri. Mereka makan dengan lahapnya. Dan setelah makan mereka berkemas dan berangkat untuk melanjutkan perjalanan menuju Padang
Mobil mulai jalan meninggalkan rumah makan. Pas melalui daerah Bukit Ambacang daerah yang dulunya tempat pacuan kuda itu mungkin karena perut udah kenyang, dan dinginnya udara malam yang berembus dari celah kaca mobil, Fany jadi mengantuk. Fany menyandarkan kepalanya ke kaca jendela mobil, tetapi karena jalan yang tidak rata, kepala Fany sering terantuk. Lalu Andri menawarkan, supaya Fany tidak terantuk kaca agar Fany mendekat kearahnya, dan bersandar di bahunya.
“Fan…daripado adiek ndak bisa lalok, labiah elok cubo sanda an kapalo di bahu uda (Fany daripada ga bisa tidur , lebih baik rebahkan kepalamu di bahu abang)” kata Andri.
“Ndak usahlah da, kan uda sadang manyopir, beko malah mambuek uda ndak bisa manyopir elok-elok, apolagi iko kan lah malam (nggak usahlah bang,,kan abang sedang nyetir, nanti malah bikin abang tidak bisa nyetir dengan baik.apalagi ini malam bang)” kata Fany menolak dengan halus dan tidak mau mendekat padahal saat itu Fany telah ngantuk berat.
Dengan sebelah tangannya Andri meraih tangan wanita muda itu dan menariknya agar mendekat, dan makin mendekat hingga duduk mereka menjadi menempel bersisian dan hanya di batasi handel persneling mobil. Fany akhirnya menurut dan merebahkan kepalanya di bahunya lelaki tersebut. Fany terlelap sesaat. Padahal hati kecil Fany saat itu berbisik bahwa itu salah besar, dan Fany mengetahui itu amat sangat tidak boleh. Namun Fany juga merasakan dorongan yang jauh lebih besar untuk membiarkan itu terjadi.
Saat terpejam dan dalam keadaan setengah tertidur itu tanpa Fany menyadari, tiba-tiba sebuah kecupan menerpa pipi dan bibirnyanya. Wanita muda itu kaget dan langsung bereaksi. Langsung ia menolakkan muka Andri dengan tangannya. Andri pun menghentikan kecupannya meskipun tangan kirinya masih merangkul bahu Fany agar tetap rapat menempel pada dirinya. Fany berusaha melepaskan tangan Andri pada bahu kirinya dan mengingatkan agar ia konsentrasi ke jalan.
“Da sadarlah da, iko kan di jalan raya bisa cilako beko, caliak tu mobil lain kancang-kancang (Bang sadar bang ini jalan raya bisa kecelakaan, mobil lain pada ngebut tuh)” kata Fany mengingatkan. Andri pun menurut dan kembali berkosentrasi mengemudikan truknya..
Tak lama kemudian saat truknya berjalan perlahan karena macet di daerah Padangpanjang, saat Fany yang masih merebahkan kepalanya pada bahu Andri, terkejut karena tiba-tiba saja karena bibir berkumis Andri menghampiri bibir tipisnya dan mengecupnya sekilas. Fany langsung terbangun dan duduk kembali menjauh dari bahunya. Perasaannya sangat dongkol tidak bisa berkata-kata apalagi berbuat kasar
” Eh da Andri ko ndak mangarati juo, Fany mintak jaan di ulangi, badoso da, apo kato urang beko kalau mancaliak tadi (Eh bang Andri ini tidak juga ngerti, Fany mohon jgn di ulang lagi ini, dosa bang apa nanti kata org jika lihat kita saat itu tadi)?”. Namun, Andri sang sopir dia tetap santai-santai saja, seakan-akan Fany mengizinkan Andri berlaku demikian
” Abihnyo Fany mambuek uda galigaman (habis Fany bikin abang gemas)” jawabnya sambil meminta maaf.
Kembali wanita muda tersebut diam membisu selama perjalanan, tidak menggubris apapun yang Andri katakanKembali tangan kiri Andri meraih bahu Fany untuk mrengkuhnya agar kembali rebah pada bahunya. Selama perjalanan itu Andri tidak lagi menciumi Fany, hanya meremas remas jari lentiknya dan mengecupi kepalanya yang masih mengenakan penutup kepala. Rasa hangat dan nyaman menghampiri perasaan Fany saat itu.
Hingga…
Saat truk mereka memasuki wilayah jalan by pass yang gelap itu dekat simpang bandara yang baru sekarang ini, lelaki itu melambatkan laju truknya dan kembali menciumi dan melumat bibir wanita muda itu. Hanya saja herannya Fany malah membiarkannya saja. Jujur diakuinya ada desir-desir gairahnya yang mulai bangkit.
Lalu Andri menghentikan truknya di tengah jalan dan kembali… menciumi, melumat bibir sebelah bawah milik Fany kembali dengan lebih bergairah. Tangan kanannya mulai naik meraba menemukan bukit padat yang membusung terbungkus di dada wanita muda tersebut . Meremasnya perlahan. Fany diam, matanya terpejam dan menikmati betapa gairahnya yang telah terbit kembali meluap. Dalam keasyikan mereka tersebut.
Tiba-tiba…
Ada cahaya dari lampu mobil dari arah berlawanan menyorot kepada mereka. Dan langsung Andri menghentikan aksinya, lalu kembali pada posisinya menjalankan mobil tersebut hingga rumah wanita muda tersebut. Sesampainya di rumah, Fany masih saja terbayang akan perlakuan Andri pada dirinya.
Untunglah saat itu suaminya sedang berada di Jakarta dan takkan mengetahui perubahan sikapnya tersebut. Hingga pada waktu tidur pada malam itu Fany bermimpi melakukan hal yang sama hingga ia disetubuhi oleh Andri. Dalam mimpinya ia merasa amat puas, puas yang berbeda sekali saat ia melakukan dengan suaminya.
Kembali kini Fany ke Pasaman, dan bekerja seperti biasanya. Telah 3 minggu ini ia tak bertemu Andri. Kata kakaknya Andri sedang ada muatan ke Pematang Siantar. Fany sangat berharap untuk bertemu. Dirinya dilanda rindu yang sangat merajam perasaannya. Fany seolah-olah menjadi seorang remaja putri yang amat rindu pada kekasih saat itu. Membuat pikirannya hanya tertuju pada Andri seorang.
Beberapa minggu kemudian mereka bertemu dan kembali berangkat bersama saat Fany hendak pulang ke Padang. Saat di perjalanan Andri minta Fany untuk melepas kacamata Fany. Fany heran kenapa dia meminta Fany melepaskan kacamata?
“Uda taragak mancaliak mato diek Win indak mamakai kacomato (Abang ingin melihat mata Dik Win tidak mengenakan kaca mata) .” kata Andri. Fanypun menurut lantas melepas dan menyimpannya dalam kotak dan kemudian memasukan dalam tas miliknya. Sepanjang perjalanan itu Fany tidak mengenakan kacamata. Kembali tangan kiri Andri merengkuh bahu Fany, menariknya agar duduk berdekatan. Fany yang tidak ngantuk bergeser mendekati dan karena merasa tidak enak dengan hawa kaki lelaki itu dari bawah dashbord dekat stirnya itu kemudian menegakkan kepalanya dan tidak rebah dibahu Andri.
Dan kembali dalam perjalanan menuju Padang Panjang Andri meminta Fany melepas penutup kepalanya
” Win uda taragak mancaliak rambuik Fany, salamo iko uda alun pernah mancaliaknyo, sabanta sajonyo, kan hanyo diateh oto iko, ndak ado do nan ka maliek (Fan..abang ingin melihat rambut Fany…selama ini abang belum pernah lihat.sebentar aja Fan, kan hanya di atas truk ini, tidak ada yang akan lihat)” katanya. dengan alasannya ia sudah sangat lama ingin melihat rambutku.
“Jaan daa, Fany alah barumahtanggo.. punyo anak.. Fany taragak manjadi ibu jo istri nan elok.., sabab uda beko bisa barubah pangana.., Fany kuatie da (jangan lah bang,Fany sudah berkeluarga,juga punya anak, jadi Fany ingin, jadi ibu dan istri yang baik, sebab jika Win buka kerudung, nanti,abang bisa berubah pikiran, Fany kuatir bang)”. Fany merasa keberatan, sebab merasa amat telanjang jika kerudungnya lepas.
“Alaa, Diek Fany jaan takuik ka uda, uda kan indak jaek, apolagi uda sayang bana ka Fany, walaupun alah punyo laki jo anak (Ala..Dik Fany jangan takut ama abang, abang kan bukan orang jahat, apalagi abang amat sayang pada Fany,meski abang tau Fany sudah punya suami dan anak)” kata Namun Andri menyakinkan. Fany bahwa ini hanya sebentar. Lalu Fanypun meluluskan permintaannya. Penutup kepalanya dilepas dan di taruh, di pangkuannya sendiri.
Tangan kiri Andri naik dan membelai rambut Fany, dari atas lalu turun ke tengkuknya yang di tumbuhi rambut halus.
“Uda suko mancaliak bulu roma di kuduak diek Win (abang suka melihat rambut halus di tengkuk dik Win) ” ujar Andri.
“Harum bana (sangat wangi)” lanjut lelaki tersebut seraya menarik leher wanita muda itu mendekat kearah wajahnya.
Dan mencium tengkuk berbulu halus itu. Fany merasa geli dan merinding, sebab gairahnya mulai terpicu. Lalu ia merebahkan kepala Fany di bahunya di sepanjang jalan yang macet, pada penurunan Lembah Anai tersebut. Sesekali ia meraba pipi wanita muda tersebut
“Pipi diek Win aluih jo barasiah (Pipi dik Win halus dan bersih)” tambah Andri. Fany diam saja.
“Biasalah laki – laki, suka menyanjung. Seperti biasa dilakukan suamiku sebelum menciumi aku” batin Fany.
Fany pun lalu berusaha memicingkan matanya. Namun saat laju mobilnya terhenti karena macet Andri mencoba menciumi pipi kirinya terus turun hingga menemukan bibir tipis yang tersaput merah dan mengecupnya sesaat. Fany berusaha mengatupkan bibirnya namun tangan kanan Andri berusaha masuk kedalam kaos panjang lengan putih bergaris pakaian atasnya itu melalui bawah kaos. Tangan lelaki itu menyentuh pembungkus dadanya yang membusung. Fany memejamkan matanya
“Uhhh…..desah wanita muda itu perlahan. Sehingga Fany tidak dapat berbuat apa apa selain hanya menikmati dan larut karena tangan kanannya saat itu masih memegang penutup kapalanya di pangkuan. Beberapa saat kemudian Andri menarik tangannya dan kembali melajukan truknya menuju arah Sicincin saat macet telah berakhir.
Saat di jalan Sicincin itu mobil saat itu berjalan perlahan karena macet, meski tangan kirinya di stir Andri dengan tangan kanannya merengkuh wajah Fany, dan tiba-tiba saja bibir wanita muda tersebut di lumatnya. Fany langsung saja terpana dan kaget, mukanya memerah. Namun Fany tidak bisa marah karena rasa nikmat yang mulai timbul .. Akhirnya Andri melepaskan bibir merah milik Fany.
Namun tangan kiri Andri kini meremas jari lentiknya. Sehabis jari wanita muda itu di remasnya, tangannya mulai merayap masuk ke dalam melalui belahan atas kaos kaos panjang lengan yang bergaris putih yang saat itu ia kenakan berpadu dengan celana panjang. Fany sadar dan menahan laju tangan tersebut dengan tangan kirinya. Saat itu baru bagian perutnya yang tersentuh oleh tangan Andri. Terasa hangat dan kasar. Tangan Andri lalu keluar dan dia kembali asyik dengan stir.
Saat memasuki jalan by pass..
Jalanan gelap sekali hanya beberapa tempat saja yang di terangi lampu jalan, Andri menepi dan menghentikan truknya di pinggir jalan.
“Ko baranti da (kenapa berhenti bang)?” tanya Fany bingung.
Andri diam saja tak menjawab, dan kembali merengkuh bahu wanita muda tersebut. Menariknya mendekat kearahnya. Dan diatas mitsubishi colt berwarna kuning tersebut bibir Fany kembali dikecupnya. Tidak saja di kecupnya, kuluman dan lumatan juga dilakukan Andri pada bibir lembut wanita cantik tersebut. Mengelitiki setiap ujung bibir tipis tersebut dengan tekun.
Sedikit demi sedikit gairah dalam tubuh wanita muda tersebut bangkit. Fany membalas setiap lumatan bibir Andri, membuka mulutnya memberikan keleluasaan pada lidah Andri untuk menikmati kebasahan di dalamnya. Lidah mereka saling berpilin, membelit di dalam. Tangan kanan Andri merayap masuk kedalam kaos panjangnya melalui bagian bawahnya, bergerak naik keatas menemukan bukit membusung padat di sebelah kanan lalun meremas dan memijit bukit padat milik Fany tersebut dari luar bahan pembungkusnya.
Wanita muda tersebut seolah tak mampu menolaknya. Fany berusaha melepaskan tangan Andri, namun keinginannya di kalahkan oleh hasratnya yang telah terpicu. Dirasakannya begitu hangat dan cekatan tangan lelaki itu mengirimkan berjuta-juta sengatan birahi disana. Tubuh indahnya mulai menggeliat-geliat dalam dekapan Andri di dera nikmat pada sekujur pori – porinya. Selang sekitar 25 menit kemudian Andri menghentikan perbuatannya.
“Indak usahlah disiko, daerah iko agak angek, acok tajadi parampehan (Jangan disini, daerahnya rawan sering terjadi perampasan)” ujarnya kuatir kemudian.
Fany diam, membenahi pakaiannya mulai dari kaos dan penutup kepalanya, juga membenahi napasnya yang sempat memburu disertai gairahnya yang sempat meninggi. Lagi pula persimpangan arah ke rumahnya telah dekat. Mobil Mitsubishi kuning itu pun kembali bergerak.
Fany terdiam selama perjalanan menuju persimpangan rumahnya. Ada penyesalan dalam dirinya saat itu bisa terlibat sejauh itu, namun seakan terhapuskan rasa yang timbul akibat perlakuan lelaki tersebut pada dirinya. Begitu sesampainya Fany di rumahnya sekitar pukul setengah sepuluh malam itu Fany langsung mandi. Ternyata suaminya masih berada di kampus.
Malam itu Fany sempat bersetubuh dengan suaminya Fany heran malam itu ia kurang bergairah seolah hanya terpaksa menjalankan kewajiban saja.
“Alah lamo awak indak bahubuangan diak (sudah lama kita tidak berhubungan dik)” kata suaminya. Fany merasa berhutang pada suaminya karena memang dalam minggu ini mereka belum pernah berhubungan badan. Dengan enggan Fanypun menuruti keinginan suaminya.
Di ranjang mereka malam itu ditengah kesibukan suaminya mengayuh biduk asmara mereka, tiba-tiba datang sekelebat bayangan berupa sosok Andri .Langsung gairah dan nafsunya mereda. Fany langsung kehilangan gairah di tengah pergumulan mereka, namun demi menjalankan tugasnya sebagai istri, maka Fany berpura-pura menikmati hubungan itu hingga selesai.
Aktifitas Fany kembali seperti biasa hingga ia kembali ke Pasaman, daerah tempat bekerjanya. Dan bekerja seperti biasanya.
Hari itu hari Selasa. Saat ia pulang ke kost-anya. Didapatinya rumah dalam keadaan kosong. Rupanya sang ibu kost beserta suaminya berangkat ke Palembang mengunjungi salah seorang anaknya di sana. Dan praktis hanya Fany yang berada di rumah itu. Andri dan juga tak kelihatan. Besoknya pada hari rabu Andri muncul namun tidak dengan truknya.
“Oto sadang di pelo-an di bengke (truk sedang diperbaiki di bengkel) ” ujarnya Andri menerangkan pada Fany saat menanyakan truknya. Malam itu Andri mengajak Fany.
“Fan ..alah makan Win (Win udah makan Win)?”tanya Andri.
“Alun lai da (Belum bang)” sahut Fany.
“Kalua awak makan lah, ado tampek nan rancak untuk makan daerahnyo dingin jo tanang (Ayo kita makan keluar, ada tempat makan yang bagus, daerahnya dingin dan sepi) terang Andri mengajak wanita muda tersebut.
“Ndak baa do da (Boleh bang)” sahut Fany.
“Tapi jan lamo – lamo yo da (Tapi ga lama kan bang)?” sambung Fany kembali.
Lalu Fanypun masuk ke kamarnya dan berganti pakaian. Mengenakan kaos panjang lengan berwarna merah muda dan jaket serta bawahan celana panjang berbahan katun hitam kemudian berangkat bersamanya. Kebetulan ada mobil kakaknya yang ditinggal. Sebuah toyota starlet berwarna merah. Mereka berangkat sekitar jam 7 malam itu. Tempat yang mereka tuju terletak agak jauh arah ke Medan tetapi masih di wilayah Lubuk Sikaping sekitar 1 jam perjalanan dari ibukota kabupaten tempat tinggalnya. Saat itu Andri mengenakan kaos oblongnya dan jeans biru
Mereka makan di sebuah warung makan yang terbuat dari anyaman bambu menyerupai saung yang dinding setinggi tertutup setinggi bahu orang dewasa. Mereka makan ikan bakar dan duduk secara lesehan. Fany berada pada sisi kanannya Andri. Memang tempatnya amat romantis, apalagi saung itu lampunya redup dan bunyi jangkrik, meningkahi suasana makan mereka. Mereka makan, berbincang, bercanda dan sesekali saling menyuapi. Setelah makan mereka duduk bersantai.
Mereka mulai saling berciuman, saling berpelukan erat. Fany terlena oleh suasana. Fany rebah di pangkuan pada paha kirinya Andri.
Fany memegang lengan Andri. Wajah mereka saling tatap dalam senyuman. Perlahan Andri membelai wajah wanita muda tersebut. Merabai kehalusan kulitnya. Wajahnya menunduk turun mendekati wajah Fany. Fany merasakan jantungnya berdegup kencang Andri mengecup kepala Fany yang masih tertutup, turun kekeningnya terus ke pipi yang licin dan bergerak naik menjumpai sepasang bibir lembut yang memerah.
Di kecupnya perlahan. Fany memejamkan matanya saat bibir berkumis lelaki itu mulai melumat bibir tipisnya. Awalnya Fany hanya diam namun akhirnya Fany mulai menerima dan bereaksi dan ikut arus lumatannya. Ada hawa kuat yang menggiringnya untuk mengikuti alunan gairah yang diberikan Andri.
Lidah mereka telah saling belit dalam kebasahan mulut Fany. Sedangkan tangan kiri Andri telah mulai merayap. Awalnya mengelus leher bagian dalam terus turun masuknya lewat lobang krah ke arah dada dan masuk kebalik bra dan meremasputing bukit padatnya yang membulat dengan perlahan. Rabaan tangan kanan Andri merayap di sepanjang batang paha Fany mengelusnya bergantian paha kiri dan kanan tak terlewatkan meski kedua kaki Fany tetap rapat. Menurun pada bagian dalamnya dan mengelusnya dengan lembut. Lecutan gairah segera meletup dalam diri Fany. Napasnya mulai memburu, tersengal -sengal.
Kurang lebih 1 jam kemudian baru mereka pulang ke rumah. Saat di mobil kejadian itu terjadi lagi pada perjalanan pulang sekitar 5 menit. Mobil starlet merah itu sengaja di hentikan Andri. Didalam mobil itu masih di kursi depan Andri kembali meraba dengan tangan kirinya. wajah dan terus ke dada Fany yang saat itu masih terbungkus kaos panjangnya. Andri pun melumat bibir tipisnya.
Fany hanya bisa diam meski lidah Andri dengan leluasa telah mengait-ngait lidahnya dalam mulutnya… agak lama…. sebelah tangan Andri lalu berusaha masuk kedalam celana panjang katun yang Fany kenakan, tangan kiri itu menyelinap masuk dan mulai menyentuh bagian kewanitaannya diluar pakaian dalamnya Fany seperti tersengat… geli. namun Fany menariknya kembali tangan tersebut beraksi beberapa saat.
“Jaan lah da… ,Fany alah punyo laki jo anak (jangan bang Fany udah mempunyai suami dan anak)” ujar Fany lirih.
“Fany malu…”tambah Fany mencoba menahan keinginan Andri saat itu disela –sela napsunya yang telah bangkit hampir membakar dirinya.
Andripun menurut dan kembali menghidupkan mesin mobil berangkat menuju rumah. Dan begitu sampai mereka langsung masuk rumah. Fany masuk kerumah pavilunnya dan terus masuk ke dalam kamar. Sedangkan Andri pergi lagi, ada urusan katanya.
Padahal saat itu Fany sudah sangat terangsang, batinnya menuntut pelepasan dan kalaupun dia datang menemuinya kembali untuk menuntaskan apa yang mereka telah mulai… Fany pun takkan kuasa menolak rasanya. Tetapi tampaknya Andri memang tengah berusaha memancingnya. Paginya Fanypun kembali menjalankan aktifitasnya di kantor seperti biasanya
Malamnya, malam Jumat itu mereka kembali makan malam bersama diluar namun tidak di tempat kemaren malam itu. Denag arah yang sama ke arah Medan, tapi berbelok kekanan. Suasana tempatnya seperti umumnya restoran, ada beberapa orang singgah untuk makan.
Tempatnya juga tidak begitu ramai. Fany maklum Andri mengajaknya ke luar dari kota itu agar mereka tidak di pergoki oleh temannya ataupun teman sekantornya Fany. mereka hanya makan saja, kemesraan mereka tidak seperti kemaren malam. Malam ini mereka hanya saling berpegangan tangan saja. Dan setelah itu mereka langsung pulang.
Sampai di rumah sekitar jam 21.00 WIB.
Fany masuk langsung masuk ke paviliun kamarnya, sedangkan Andri masuk ke dalam rumah kakaknya. Saat Fany telah bersalin pakaian dengan, mengenakan kemeja tidur yang panjang berwarna merah muda dan setelannya berupa celana panjang bercorak sama. Tapi tak lama kemudian terdengar ketukan di pintu pavilunnya. Terdengar suara Andri memanggilnya. Fany menutup rambutnya dengan bergok yang biasa Fany pakai jika ada tamu dan membuka pintu untuk mempersilakan lelaki itu masuk mengingat selain dia adik pemilik rumah mungkin dia mempunyai keperluan yang harus disampaikan.
Rupanya Andri habis mandi malam itu. Terlihat dari rambutnya yang basah dan anehnya ada sedikit bau – bauan yang agak menyengat menyemburat di hidung Fany. Ya, wanita muda itu masih ingat baunya seperti wangi bunga mawar… mereka duduk di ruang depan faviliun itu, bersebelahan pada sofa sudut. dengan Andri berada di sebelah kirinya. Sambil berbincang-bincang apa saja.
Tak disadarinya pembicaraan Andri mulai bergeser pada hal yang sangat pribadi dan cenderung intim. Dari pembicaraan mengenai kesepian dirinya setelah bercerai, godaan – godaan saat ia membawa truk keluar daerah, juga bercerita bahwa ia pernah berhubungan dengan wanita di kota yang ia singgahi, termasuk dengan pelayan rumah makan di Medan, juga berkata mengenai keperkasaannya saat bersetubuh katanya cukup mampu melayani wanita itu hingga beberapa kali .
Kemudian Andri pindah duduk disamping wanita muda itu, duduk disebelah kirinya.
Lalu lelaki itu meraih jemari lentiknya dan membawanya ke pahanya. Fany diam tak bereaksi. Perlahan menarik bahu Fany, memutar nya agar menghadap dan menjatuhkan kecupan ringan pada bibir tipis wanita muda tersebut. Fany merasa sedikit jengah langsung menunduk malu sebab itu berlangsung tiba tiba dan mengejutkan dirinya, meskipun hal itu telah diduganya akan terjadi.
Namun… sentuhan bibir saat itu tidak seperti biasanya, Fany merasakan sengatan listrik mengalir pada sekujur tubuhnya. Tetapi Andri terus mengulum dan melumat bibir tipis wanita muda tersebut. Perlahan Fanypun mulai membalasnya… menerima bibir lelaki berkumis itu dengan membuka mulutnya, memberikan ruang bagi lidah Andri untuk menerobos masuk di sela –sela giginya yang berbaris rapi. Menikmati betapa lidah kasap itu menggelitik di dalam rongga mulutnya, menemukan lidah Fany yang lancip untuk saling bercengkrama dan saling palun dalam kebasahan mulut Fany. Fany memejamkan matanya menikmatinya.
Lalu tangan Andri naik pada leher Fany, berusaha melepas penutup kepala Fany saat mereka berhadapan. Setelah lepas wajahnya mendekat, napasnya terasa hangat menembus kemeja tidur pada pundaknya. Andri dengan lembut mencium pundak dan di bagian belakang leher wanita muda berkulit putih tersebut. Sambil mendorong perlahan agar wanita muda itu rebah di sandaran sofa. Fany larut dalam dekapan dan cumbuan lelaki gagah itu. Ia semakin… terlena… pasrah.. lemas… menyerah pada birahi yang timbul oleh perlakuan Andri pada dirinya kemanapun arah yang diingininya.
Tangan Fany memegang bahu Andri yang tengah menahan kepala Fany dengan kedua tangannya. Sambil terus saling lumat dan kulum itu… tangan kanan lelaki tersebut turun dari belakang kepala dengan perlahan, menyusuri bahu yang telah terbuka, melewati belikatnya dan menemukan bukit membusung padat di dada wanita muda tersebut. Masih dari luar tangannya mulai meremas bukit padat yang terbungkus itu. Dengan sedikit kasar ia memilinnya…!!!Wajah dan tubuh wanita muda itu mulai berkeringat. Kehangatan bara birahi yang dialirkan oleh perlakuan Andri pada dirinya mulai membakar setiap titik syaraf kewanitaannya.
Tangan kanan Andri kemudian turun… merasakan hangatnya perut yang terselimuti pakaian… terus turun menemukan ujung bawah kemeja tidur wanita berkulit putih tersebut… menyelinap kebaliknya dan naik menyusuri perut terus ke atas. Menyelinap ke balik pembungkus bukit membusung di dada Fany. Meremas dengan lembut beberapa kali lalu memjit putiknya dengan intens.
“Ohh…..” Fany mendesah… matanya terpejam dikarenakan rasa malu dan rasa nikmat yang bercampur baur… Tubuhnya serasa terbang melayang lepas dari tempat berpijaknya. Kedua tangan Fany semakin erat memeluk leher Andri. Bibir Andri merayap turun dan menciumi leher jenjang yang mulai basah… basah oleh keringat. Bibir berkumis lelaki itu menjejali lehernya dengan gigitan-gigitan kecil yang kurang pahaminya, namun membuat Fany semakin larut…
Sementara itu tangan kiri Andri telah berada pada pertemuan paha wanita muda itu… meski diluar saja dan tidak masuk kedalam celana tidurnya… Fany amat kaget dan tubuhnya terlonjak kaget… serasa tersengat listrik… Tangannya meraba raba mengelus… dengan lincah meskipun pada posisi kaki Fany yang masih merapat. Fany meraih tangan tersebut berusaha melepaskan tangan lelaki itu pada pertemuan pahanya. belum pernah di perlakukan demikian oleh lelaki manapun termasuk suaminya. Andri menurut dan menarik tangannya dan menjauh dari Fany.
Kembali mereka duduk lagi seperti biasa.. begitu juga Fany pun kembali duduk sewajarnya. Andri bangkit melangkah keluar kembali ke rumah kakaknya. Beberapa saat kemudian kembali dengan sebotol air putih beserta 2 gelas beling. Menuangkan air putih tersebut dan memberikannya segelas pada Fany. Dia meminum air tersebut begitu juga Fany. Tubuhnya yang telah menghangat dan berkeringat oleh percumbuan barusan membutuhkan penawar menyegarkan.
Kemudian Andri berdiri, melangkah ke pintu dan menutupkan pintu paviliun tersebut sekaligus menguncinya… dari dalam. Melangkah menghampiri Fany yang masih duduk dan menariknya agar berdiri. Fany menurut dan seakan jadi manusia idiot yang mau saja saat di bimbing lelaki gagah itu ke dalam kamar tidurnya sendiri. Sesampainya dikamar, Andri menutupkan pintu kamar dan menghidupkan lampu tidur yang bersinar temaram.
Fany di dudukan oleh lelaki itu dipinggiran ranjang dari besi yang sudah lama dan bermodel antik … diatas spreinya yang berwarna putih. Andri lalu berdiri dan melepas kaos putih berlengannya hingga ia tinggal bercelana santai yang pendek saja….
Kembali dihampirinya wanita muda, meraih dagu lancip Fany dengan tangan kanannya dan menjatuhkan kecupan pada bibir tipis itu. itu Kecupan itu berubah menjadi lumatan dan kuluman menghisap bibir tersebut hingga membuat Fany hampir kehabisan napas sehingga terpaksa membalas karena lidah Andri telah menyelusuri bagian dalam mulutnya… Andri berhenti… memberikan waktu bagi wanita muda itu untuk mengatur napasnya yang tersengal sengal.
Tangan Andri meraih kancing kemeja tidur wanita muda berrkulit putih tersebut. Mencoba melepaskannya dengan perlahan satu demi satu. Fany menahan laju tangan lelaki itu dengan tangannya. Andri tak menggubrisnya dan tetap melakukan hal itu. Setelah kancing tersebut lepas semuanya, disibakkannya kemeja tidur tersebut pada bahunya sehingga bahan tersebut meluncur turun… lepas dari tubuh pemakainya.. dan langsung jatuh ke lantai. Praktis tubuh mulus atas Fany telanjang…!!! hanya sebuah kalung yang biasa dipakainya dan dua cup menutupi bulatan padat yang membusung di dadanya
Andri mulai mengecupi bahu telanjang wanita berkulit putih itu.
“Ohh……” Fany mengeluh, tangannya terpaku pada pinggiran ranjangnya… ada rasa geli..dan gairah yang datang menghampirinya lewat ciuman itu. Ciuman itu merayap ke leher jenjangnya dan turun menyusuri belikatnya ke bawah menemukan lembah kedua bukit dadanya yang mulai berkeringat. Lalu tangan Andri merayap ke belakang menemukan kait pengikat benda pembungkus dada Fany.
Satu sentakan kecil membuat kait benda tersebut lepas dan membiarkannya meluncur turun meninggalkan tubuh yang sintal dan mulus itu untuk tergolek menemani kemeja tidur yang telah berada di lantai. Fany berusaha memiringkan tubuhnya agar tidak terlalu terekspos pada lelaki itu… namun dengan kedua tangannya yang berada di balik lengkung punggung Fany. Andri mencoba menahan gerakan itu.
Wajah lelaki itu mendekat pada dada Fany. Lidahnya mulai menjilati permukaan licin dada yang membusung indah tersebut. Bergantian bukit yang kiri dan kanan tak satupun tertinggal… hingga akhirnya bibir berkumis itu mampir pada puncak bukit padat di dada Fany. Kepala Fany langsung terlontar rebah kebelakang…!!! Menggigit dan mengulumnya dengan intens… saat ia menggigit… Fany merasa geli dan segera gairahnya terlecut.
“Ahh….”rintih Fany terlepas begitu saja dari bibir tipisnya. Tubuhnya mulai hangat dan berkeringat, menggeliat-geliat dalam dekapan Andri. Tak kuat ia rasakan deraan nikmat yang melanda segenap penjuru tubuhnya. Tubuhnya lunglai dan seiring dengan itu Andri mulai merebahkan tubuh sintal tersebut perlahan di ranjang bersprey putih. Sedangkan kedua kaki wanita itu masih menjejak lantai. Kini Fany terbaring di ranjangnya sendiri… dengan peluh yang muncul di setiap porinya, tersengal-sengal dalam gemuruh nafsu yang telah membubung…!!!
Andri rebah diatas tubuhnya, diantara kedua kakinya yang masih mengenakan celana tidur telah membuka naluriah. Terasa oleh wanita muda pada perutnya betapa sebuah batang mulai mengeras. Kembali bibir dan lidah lelaki itu mencumbui bukit padat milik Fany yang mulai mengeras dalam nafsu… tak ketinggalan wajah… bibir… leher jenjangnya mendapat kecupan… lumatan yang bertubi-tubi… kedua tangan Andri terkadang menggantikan aksi bibirnya pada dada Fany.
“Uhhh……”desah Fany mulai sering terdengar. Rasa nikmat perlakuan Andri pada tubuhnya membubungkan nafsunya pada titik yang tak bisa kembali… kedua tangan Fany hanya bisa meraih dan mencengkeram pada bahu berkeringat lelaki gagah tersebut… bisa dia rasakan betapa dirinya telah basah disana sini… juga pada kewanitaannya yang mulai berdenyut. Lalu Andri bergerak lagi.. diangkatnya tubuh mulus yang telah telanjang hingga pinggang tersebut… menggesernya lebih keatas hingga kedua kaki Fany kini tergolek di atas ranjang bersprey putih tersebut.
Kembali berbaribg di samping kiri Fany, tangan kanan Andri meraih ke bawah, menemukan karet celana tidur wanita muda itu. Mencoba menariknya. Kaget Fany berusaha mencegahnya… tetapi telah terlambat karena karet celananya telah turun hingga lututnya… dan terus turun hingga akhirnya hanya sehelai kain tipis berwarna putih yang telah basah yang masih menutupi pertemuan batang pahanya. Bulu roma Fany berdiri di dera oleh nafsu yang berkesangatan… seakan ikut merasakan apa yang kan terjadi malam itu.
Kini tangan Andri kiri meraba bagian kewanitaan Fany yang masih terbalut itu dengan jarinya… menekan lepitan belahan kewanitaannya yang basah… itu di luar. Sambil kedua tangan Fany hanya bisa mendekap kepala Andri.. Fany berusaha tetap merapatkan kedua batang pahanya.
Namun Andri bergerak ke lain arah menemukan karet kain tipis pembalut pertemuan paha Fany, menariknya perlahan.. dan dengan mudah kain yang berbentuk segitiga tersebut lolos dan meninggalkan tubuh pemakainya menyusul pakaian lain yang telah terlebih dahulu lepas. Semuanya berjalan lancar seolah-olah Fany tak bisa kuasa menolak setiap perlakuan Andri.
Semuanya telah terbuka.. tidak ada lagi ditubuh Fany yang masih tertutup…, terbaring telanjang dalam napas bergemuruh dengan tubuh yang berpeluh disana-sini…!!! Bukit padat di dadanya dengan puncaknya yang berdiri tegak mengkilat di di bawah sinar temaram lampu kamar itu. Fany merasa heran saat itu.. hentakan dalam tubuhnya amat mengelora… ingin semuanya terjadi sesegera mungkin..
Lalu Andri berdiri, melepaskan celana pendek dan sekaligus pakaian dalamnya… hingga tubuh tegapnya telanjang. Ada rasa takut… dalam diri wanita muda yang tergolek di ranjang itu saat melihat sosok Andri dengan dada dan tangannya yang berbulu… lebat. Apalagi dengan pakaian yang telah lepas dari tubuhnya saat itu… membuatnya amat kuatir… melihat batang kelelakian yang amat panjang milik lelaki gagah itu..!!! Jujur diakuinya milik suaminya tak berarti di bandingkan dengan milik Andri.
Jauh didalam hati kecilnya Fany menyesali kejadian yang tengah berlangsung itu. Ini baru pertama kalinya dalam hidupnya… telanjang di hadapan lelaki lain yang bukan suaminya. Namun gairah… nafsu… dan rasa yang Fany tak dipahaminya itu terus membutakan hati kecilnya saat itu.
Andri mulai merayap naik di atas tubuhnya tak mempunyai pilihan kedua batang paha Fany naluriah membuka memberikan ruang pada pinggul lelaki tersebut untuk menempel. Kembali Andri mengecupi bibirnya dengan bernafsu dan kini Fany tak kalah lincah menyambut bibir dan mulut lelaki itu… Sedangkan tangannya telah bermain di bukit padat di dada Fany. Meremasnya berkali- kali.. kadang menggesek dengan gemas menggunakan kumisnya…
“Ouhh…” rintih Fany. Perasaannya serasa terbang tinggi ke angkasa dengan tubuh menggeliat-geliat bak cacaing kepanasan…Kedua tangan Andri tak henti – hentinya meremas… memilin.. bukit membusung di dada Fany hingga kedua bukit padat itu menegang dengan putik yang mengeras… seolah tegak… membuatnya memerah di setiap permukaan licinnya. Terasakan juga oleh wanita muda itu betapa hangat dan tegapnya batang pejal milik Andri… menyentuh di bawah pusarnya.
Lalu Andri turun dan berlutut bertumpu di atas kasur ranjang. Meraih kedua betis putih milik Fany yang tengah terbuka… mengangkat keduanya keatas. Kemudian lidah Andri meluncur sepanjang kedua kaki Fany, mulai dari ujung kaki hingga ke pangkal paha bagian dalamwanita muda itu tanpa sedikitpun ketinggalan… Lidah kasapnya terasa kasar, kesat dan basah. Fany masih memejamkan matanya menikmati gelombang biraai yang menderu-deru melandanya… kemudian ia terus turun, Fany seakan telah tergolek…kalah… rasa pasrahnya… membuat tubuhnya seolah menerima perlakuan dia saat itu..
Terus Andri membungkukkan wajahnya hingga jatuh pada kewanitaan Fany. Lidahnya masuk… menjilat … lepitan basahnya.. ada rasa hangat, geli, oleh jilatannya itu. Kadang lidahnya menghisap dan mengulum tonjolan sebesar kacang tanah di sana. Fany tidak mampu lagi berkata kata saat itu hanya bisa merintih dan mendesis… dengan tubuh menggeliat- geliat… Telapak tangan Fany berada dikepalanya menggenggam rambutnya dengan gemas…. sebagai tempat berpegang.. kedua kakinya berusaha dirapatkan karena rasa geli yang menghujam namun… terganjal.. kepalanya… rasa basah itu mulai datang dan seakan meledak… Lidah dan bibir masih di lepitannya, tidak ada sedikitpun rasa jijik pada dirinya saat itu..
“Ohh………” dengus Fany. Beberapa saat Fany klimaks… Fany mengejang..!!!. tubuhnya serasa melayang seringan seperti kapas.. Fany basah.. dan terkulai lemas… Andri lalu berhenti, lalu bangkit dan berdiri melangkah pergi mengambil air minum diluar kamar, dan kembali masuk dengan botol minuman dan gelas tadi. ia pun minum, namun tidak… menawari Fany..
Lalu lelaki tegap itu kembali ke tempat tidur, dan berbaring di sampingnya di sisi kirinya. Fany masih terbaring lemas dan berusaha menghirup udara sebanyak banyaknya untuk meredakan gairahnya. Merasakan kewanitaannya basah dan lengket, juga tubuhnya telah basah oleh peluh yang bercucuran di sekujur tubuh telanjangnya mulai dari ujung kaki, paha perut, dada dan wajahnya. Fany telah merasakan kembali klimaks yang lama tak di alaminya, hanya saat… baru – baru menikah hingga bulan ke lima saat mulai hamil.. setelah itu tidak pernah lagi..
“Fan adiek pueh..(Fan, kamu puas)? Tanya Andri memecah kebisuan diantara mereka. Fany diam dan hanya mengangguk jujur seraya memandang matanya. Melihat pada kedalaman mata tersebut percik nafsu yang membara, berniat sangat ingin menyetubuhinya malam itu.
Kembali Andri meremas dan memilin bukit padat di dada Fany yang telah memerah disana sini. Gairah wanita muda itu yang tadi telah surut kembali memuncak dengan cepat. Lincah sekali ia memperlakukan tubuh wanita muda itu. Dikulumnya bibir tipis itu… Awalnya Fany hanya diam lalu ikut membalas, bibbirmereka saling lumat, kulum.. Tangan kanan Andri… turun ke arah kembali ke kewanitaan Fany. jarinya masuk… mengorek – korek kebasahan yang timbul di sana membuat tubuh Fany terlonjak-lonjak diatas ranjang besi itu. Kewanitaannya mulai basah seolah tau saatnya untu permainan sesungguhnya akan di mulai..
Andri mengangkat kedua paha Fany dan menahan dengankedua tangannya, berlutut memposisikan pinggulnya diantara kedua batang paha wanita muda itu. Fany hanya bisa memejamkan mata, merapatkan kedua pahanya dan menutup kewanitaannya dengan tangannya. Fany merasa ketakutan sekali jika batang pejal Andri yang telah tegak kaku itu akan memasukinya, karena sempat dilihatnya tadi ukurannya saat belum berada pada ketegangan penuh.
“Apo nan diek Fany takuik-an (Apa yang dek Fany takutkan)?” tanya Andri.
“Itu da Fany takuik jo punyo uda tu (Itu bang Fany takut dengan milik abang)” jawab Fany.
“Diek Fany jan takuiik jo punyo uda ndak sakik do (Dek Fany jangan takut dengan kepunyaan abang, ga akan sakit ko) jelasnya berusaha memberikan pengertian.
“Kan Fany,,, alah pernah malahiakan..(kan Fany sudah pernah melahirkan)? Tambah Andri.
“Jadi punyo diek Fany pasti bisa (jadi kepunyaan Fany pasti mampu) katanya lagi menenangkan Fany.
“Fany indak malahiakan normal da, lewat badah sesar, iko ado jajaknyo (Fany tidak melahirkan secara normal bang tapi lewat bedah caesar, ini ada bekasnya) ” sahut Fany sambil menunjukkan bekas jahitan operasinya.
Andri terdiam. Fany tau sekali Andri sangat menginginkan…, begitu juga dirinya juga amat sangat menginginkan persetubuhan yang sebenarnya namun rasa takut dapat mengalahkan keinginan Fany saat itu.
“Baiko sajolah, baa kalau awak cubo dulu jo gesekan, siapo tau indak ka mambuek diek Fany kasakiek-an (begini sajalah, bagaimana kalau kita coba dengan gesekan, siapa tau tidak membuat Fany kesakitan)” pinta Andri.
“Uda bajanji indak ka mamaso diek Fany do (Abang tidak akan memaksa dek Fany ko). Tambah Andri.
“Kalau beko taraso sakik, doroang kan sajo badan uda (Kalau nati terasa sakit dorongkan saja tubuh abang) lanjutnya memohon. Dalam bimbangnya Fany mengalah. Mengalah pada permintaan Andri.. mengalah pada nafsunya dan membunuh rasa takutnya terhadap batang tegar milik Andri yang luarbiasa itu Seperti apa dilihatnya pada film – film semasa kuliahnya bersama dengan gengnya.
Fany merasakan jantungnya berdegup keras… menunggu saat – saat pertemuan kelamin mereka. Kini Andri berada di atas tubuh Fany yang terlentang telanjang…!!! Membuka kedua batang paha milik wanita itu dan menekuknya keatas… bersiap untuk masuk… Andripun mulai… menempelkan… mengesekan ujung membola kepala kejantanannya di belahan kewanitaan wanita muda itu.
Awalnya hanya gesekan-gesekan saja, terasa geli .. gatal di pintu kewanitaannya… rasa kaget dan hangat membuat Fany tidak sadar lagi apa yang sedang terjadi….. dan perlahan Andri sambil menggesekkan juga mendorong pinggulnya sedikit demi sedikit, menyebabkan ujung membola kejantanannya menyibakkan lepitan kewanitaan Fany yang telah basah guna memperlancar lajunya, dan mendesak. terus… yang membuatnya makin lama makin masuk… Fany merasakan seperti ada kulit bergesekan ketat.
“Ouhh……” wanita muda itu mengeluh.
Dan secara bertahap masuk di perlancar oleh kebasahan yang timbul dalam kewanitaan Fany Fany menahan dengan tangan gerakan pinggul Andri. Kembali Andri mendorong masuk.. Fany tau batang pejal yang kokoh milik Andri itu telah masuk meski belum seluruhnya baru seperempatnya…… ada rasa sempit dan nyilu di kewanitaannya saat itu.. rasanya penuh sekali.
Andri terus memajukan pinggulnya dan melepaskan kedua kaki Fany, meletakkannya di kasur, tangannya kembali ke bukit padat yang membusung di dada Fany… memilin… dan meremasnya kembali. Sedangkan kedua tangan Fany menggengam pinggul lelaki itu… agar jika terasa dan sakit dan nyeri bisa menahan dan mendorong batangnya agar tetap diluar..
Lalu Andri menjangkau bantal yang terletak tidak jauh dari tubuh Fany, Dan mengangkat pinggul padat Fany untuk meletakkan bantal di bawahnya… sementara batang tegarnya masih menancap… Fany merasakan posisinya jadi agak rileks… Andri bergerak kembali. Dengan mata yang di kernyitkan Fany melihat batang tegap milik lelaki tersebut kembali mendesak masuk perlahan.
Lalu…. pas semua hampir masuk rasa nyilu mulai datang.. terasakan oleh wanita muda itu otot-otot di dalam kewanitaannya berderik – derik seperti cincin karet yang diregangkan paksa. Kembali Fany menahankan gerakan pinggul Andri dengan tangannya, Andri terus berusaha mendorong.. Fany bersikeras menahan dengan tangannya sehingga posisinya tetap tak berubah.
“Ndak lamo lai diek Win (ga akan lama lagi dik Win)..”ucap Andri sambil terus berusaha mendorong. Fany tidak peduli dan terus bertahan dengan tangannya karena merasakan nyilu dan nyeri…, Fany meringis dan mengernyitkan keningnya…!!! Andri mengalihkan serangannya, meremas-remas kembali dada membusung milik Fany dan menciumi bibirnya dengan gemas bernafsu sekali…
Kini kedua tangan Fany lepas dari pinggul lelaki itu dan memeluk punggung lelaki tersebut dan kembali larut dalam deraan nikmat yang membuatnya lengah dan terlena sehingga lupa menahankan pinggul Andri. Andri bergerak kembali mendorong dengan tiba – tiba. Dan seiring rasa sakit yang datang makin menyesakan maka amblaslah seluruh batang pejal milik Andri pada kewanitaan Fany… terbenam didalam tubuhnya.
“Aahhh…….”erang Fany. Matanya memejam menikmati sensasi luarbiasa yang dialaminya saat itu, sakit sekaligus nikmat merajam pertemuan pahanya…!!! Terasa oleh Fany kini paha mereka sudah rapat menempel dan tidak ada jarak lagi..
Andri diam sejenak. Fany merasa nafasnya serasa berat amat… rasanya batang pejal itu menyesak sampai ke ulu hati. Fany mulai membuka matanya memandang mata Andri, mengungkapkan rasa salutnya, dan amat suka caranya memperlakukan dirinya, amat pengertian… sekali
“Indak sakik kan diek Win (Tidak sakit kan dik Win)? Tanya Andri.Fany diam tak menjawab. Kemudian Fany memiringkan wajahnya ke samping, merasa malu dipandangi Andri seperti itu. Kembali Andri masih meraih wajahnya dan menciumi Fany. Terkadang menggigit dengan gemas bukit padat yang membusung telah memerah di dada wanita muda itu.
Andri kembali bergerak, menarik pinggulnya hingga akhirnya batang pejalnya yang kokoh perlahan keluar sedikit demi sedikit, perlahan sekali Terasa nyilu dan geli sekaligus…!!! lalu mendorong masuk lagi… mulanya perlahan dan amat terasa nyilu… sekaligus nikmat… Beberapa saat kemudian… ia mulai bergerak makin cepat, naik turun pinggulnya menghujamkan batang tegarnya. Telah lancar memang keluar masuknya pada liang kewanitaan Fany sehingga… seluruh tubuh Fany berguncang
“Ouh….” Rintih Fany berulang-ulang. Iya… Fany malu bila mengingat saat itu terdengar kecipak – kecipuk suara dari benturan pangkal paha mereka… sedangkan tangan Fany sudah lepas dan memegang kain… selimut dengan mata terpejam. Posisi Andri tetap dengan berlutut.. Kini pinggul padat Fany juga bergerak mendesak keatas….!!! menyambut setiap hujaman batang pejal kejantanan Andri pada liang kewanitaannya..Fany pun mulai merasakan ada gelombang besar yang akan meledak didalam tubuhnya..
Tiba-tiba Fany merasa semua menjadi gelap.. tubuhnya melenting keatas… Fany menggigit bibir bawahnya dengan kedua kaki yang menjepit pinggang Andri di belakang tubuh lelaki itu bak tang raksasa. Merasakan… gelombang klimaks datang menggulungnya… melemparkannya ke awang-awang dan kembali terkulai lemas. di atas ranjangnya yang telah kusut., Keringatnya sudah membasahi sprei yang sudah kusut semua…
Namun Andri masih tetap bergerak mengayunkan… pinggulnya maju mundur… beberapa menit kemudian Fany merasakan tubuh Andri mulai menegang dan… sepertinya ia akan klimaks.. Fany tau… Andri akan segera membasahi rahimnya…
“diek Win ka uda kalua-an dima, di dalam atau di lua (dik Win akan dikeluarkan di mana, dalam atau di luar)? Tanya Andri. Fany tidak sempat menggeleng atau mengiyakan. Tubuhnya masih terlonjak-lonjak dalam hunjaman Andri… saat bergerak memompa naik turun dan …
Sambil mendengus Andri menekankan pinggulnya sedalam mungkin, merasakan lecutan birahinya melambung dan akhirnya materi kental itu memancur keras membasahi seluruh permukaan dalam kewanitaan Fany. Terasa hangat… Untunglah Fany masih ingat bahwa saat itu ia masih menggunakan kontrasepsi sehingga tidak terlalu kuatir… Andri rebah menggelosoh di atas tubuh telanjang wanita muda itu.
Bobotnya amat berat sehingga Fany harus memiringkan tubuhnya menyebabkan tubuh Andri meluncur turun terbaring di sisinya. Fany memejamkan matanya merasa bersalah dan menyesal. namun segera hilang oleh rasa puas yang datang. Tubuhnya amat capai…
Fanypun meraih selimut dan menutupkan pada tubuh telanjangnya. Karena merasa malam itu sangat dingin meski hujan tak turun. Berdua mereka tidur di ranjang yang telah kusut itu hingga pagi harinya.
Pagi harinya Fany heran kenapa tak merasakan adanya penyesalan yang dalam pada dirinya malah semakin suka kepada Andri sehingga membuatnya menelpon kepada suaminya di Padang untuk tak bisa kembali dalam minggu itu karena ada urusan kantor yang harus di selesaikannya. Lagi pula ia merasa kuatir jika pulang ke Padang dapat dipastikan suaminya saat meminta berhubungan badan akan mengetahui perbuatan mereka di karenakan di seluruhnya masih ada jejak-jejak memerah di dada dan leher akibat persetubuhan mereka yang bergelora malam itu.
Malam Jumat itu Fany telah jatuh dalam pelukan dan takluk pada keperkasaan Andri di atas ranjang. Ya.., semalaman mereka berhubungan hingga pagi.
Pagi hari Andri bangun terlebih dahulu, meninggalkan Fany masih terlelap di ranjang yang telah acak-acakan tersebut. Saat Fany bangun ada sedikit rasa sesal di hatinya, selangkangannya terasa sedikit nyilu. Masih tertera dalam benaknya bagaimana perlakuan Andri pada setiap sudut tubuhnya, terutama saat-saat penetrasi yang dramatis.
Pagi Jumat itu Fany mandi sebersih-bersihnya, berusaha agar jejak – jejak di tubuhnya hilang. Ya.., Fany kuatir jika jejak-jejak itu akan terlihat. Jejaknya mungkin bisa hilang, tapi nikmatnya tidak akan pernah hilang, juga sprei tempat tidurnya direndamnya juga..
Fany masuk kantor pagi Jumat itu seperti biasanya. Dari kantor Fany menelepon ke Padang memberi tahu suaminya bahwa ia tidak bisa pulang, ada urusan kantor yang harus di bereskan, demikian alasannya. Fany berbohong, berusaha untuk mendapatkan tengat waktu yang cukup untuk menghilangkan jejak memerah di tubuhnya dan mencari penyelamatan diri dari perselingkuhan yang tidak dihendakinya itu
Di kantor seperti biasa, Fany menyelesaikan dengan baik seluruh pekerjaannya hingga sekitar jam setengah 5 sore Jumat itu. Segera ia pulang. Sesampai di rumah wanita berkulit putih itu langsung menuju kamar mandi, mencuci pakaian dan sprei yang telah ia rendam pagi itu. Dan setelahnya langsung mandi. Fany saat itu mengenakan kaos bertangan panjang, dan celana panjang santai berwarna hijau muda berikut penutup kepala seperti biasa, Terlihat segar dan cantik ia sore itu.
Kembali di dalam rumah paviliunnya itu Fany berkutat di dapur memasak untuk dirinya sendiri. Lalu membereskan kamarnya, merapikan semua yang dianggapnya tidak pada tempatnya.
Senja itu sekitar pukul 6 sore. Itu Andri datang. Tanpa bicara sepatahpun langsung ia menuju rumah induk dan terdengar mandi. Mengenakan kemeja panjang, sesaat kemudian Andri mendatangi wanita muda yang tengah duduk di ruang tamu pavilion kamarnya itu. Sambil berdiri di pintu ia bertanya pada Fany
“Fany , indak pulang ka Padang (Fany, pulang ke Padang gak)”?.
“Ma bisa Fany pulang… (mana bisa Fany pulang)..”, sambil berdiri di pintu paviliun Fany sewot menjawab.
“Fany alun siap ka Padang, takuik pado kasalahan malam kapatang (Fany belum siap ke Padang masih takut pada kesalahan yang terjadi malam kemaren)” tambah wanita bertubuh sintal itu…
“Di badan ko panuah jajak pa-buek-an uda.. (di tubuh ini penuh jejak perbuatan abang)”
“Apolai jikok uda Fany mintak jatah, bisa kiamat beko (apalagi jika suami Fany minta, jatah bisa kiamat)” ujar wanita muda tersebut menerangkan.
Andri hanya tersenyum dan duduk di sebelah kanan Fany. Lalu ia berkata.
“Uda ka pai ka Medan malam ‘ko (Abang mau pergi ke Medan malam itu)”.
” Untuk 3 hari se nyo (untuk 3 hari)” tambahnya. Kemudian dia meraih jemari wanita muda tersebut.
” Uda sayang bana ka Fany (abang sangat menyayangi Fany)” Fany diam saja, merasa percuma untuk menolak karena sudah tidak ada lagi yang perlu ia pertahankan, sebab hubungan yang tercipta diantara mereka sudah tak ada batas lagi sejak malam Jumat yang bergelora kemaren.
Andri berjalan menghampiri Fany yang duduk dengan tangan masih berada di pangkuannya, memandang mata memandang kedepan, menerawangnya. Mengajaknya agar duduk di sebelah kirinya. Lebih dekat pada sofa di ruangan itu. Kedua tangan Andri berada berada pada bahu kiri Fany, perlahan lelaki itu mendekatkan wajahnya, dan mulai mengecup.
Bibir berkumisnya berlabuh pada kening wanita bertubuh sintal itu. Fany diam membiarkan saja, bibir berkumis tersebut meluncur turun di sepanjang pipi halusnya sambil tak henti mengecup pipi sebelah kiri tersebut, dari dahinya menuju dagu yang lancip, naik keatas menemukan kedua bibir lembut wanita muda dan langsung melumat
Beberapa saat Fany membiarkan dan menerima saja perlakuan Andri pada bibirnya itu. Lelaki gagah itu kini menjulurkan lidahnya, menyelusuri permukaan lembut bibir Fany mili demi mili, mendesak kedua bibir tersebut agar memberikan jalan, meyelusuri setiap permukaan gusi dengan lembut dan perlahan.
Kedua bibir wanita muda tersebut membuka dengan perlahan, iapun terus mengulum rongga mulutnya beberapa saat hingga Fany tergerak membalasnya, mulai menghisap.. dan kedua tangannya dengan nakal menjamah dada Fany yang saat itu masih berpakaian lengkap. Fany menengadahkan kepalanya menyambut dengan sukacita. Tubuhnya mulai bersandar ke bahu lelaki tersebut. Fany mengikuti saja… tindakannya tubuhnya mengeliat-geliat dalam geli yang memabukkan.
Lalu diapun melepaskan pagutan pada bibirnya. Andri berdiri melangkah ke arah pintu, menutupnya dan kembali kearah wanita muda tersebut. Ditariknya tangan kanan Fany untuk masuk kamarnya. Dalam cahaya lampu yang terang Fany tak sedikitpun berusaha menolak. Merebahkan Fany di ranjang biru muda dalam kamarnya, terlentang, lalu melepaskan busana Fany termasuk pakaian dalamnya yang berwarna putih, juga pakaian yang dikenakannya termasuk pakaian dalam biru tuanya yang membungkus pertemuan pahanya.
dengan cepat tergesa-gesa sekali.., melemparkan semuanya di lantai. Fany hanya memandang dengan nafas yang mulai tak teratur. Ada ketakutan dan keinginan kuat yang bercampur Fany tau Andri ingin melakukannya lagi seperti juga keinginannya juga. Masih terpatri kuat dalam benaknya kejadian malam sebelumnya yang sangat melenakannya…. Fany terlentang pasrah, tubuh Andri mulai menindih, dan kedua kaki wanita muda itu di bukanya.
Fany yang tengah memeluk bahu lelaki itu, tak sadari saat ia telah memasukkan kejantanannya pada kewanitaan Fany. Hanya rasa nyilu terbit dari pertemuan pahanya, tubuhnya terlonjak kekiri dan kekanan. Lelaki itu bergerak perlahan, menghunjamkan pinggulnya pada pertemuan kedua paha Fany yang kedua kakinya terbuka lebar.., dengan tempo yang teratur.
Pinggul wanita muda itu menyentak keatas, menyambutnya, menjemput hunjaman batang kokoh tersebut… hingga akhirnya Andri menghunjam dengan kuat, mendesakkan kejantanannya se dalam-dalamnya, menggeram, dan mencapai klimaks. Melepaskan semuanya didalam tubuh wanita muda itu. Lalu tubuhnya jatuh masih diatas tubuh wanita berkulit putih tersebut… Padahal Fany belum apa – apa. Setelah ia sampai klimaks iapun berdiri mengenakan pakaiannya kembali, menjauh darinya masih dalam kamar tersebut.
” Uda ka pai ka Medan, jadi tadi itu adolah raso nan ndak uda sampaikan ka Fany (Abang akan ke Medan jadi tadi itu adalah rasa yang ingin abang sampaikan pada Fany)”, ucap Andri.
” Uda minta maaf, uda tau Fany alun apo-apo, lain wakatu uda ndak mamuehkan diek Fany (abang minta maaf, abang tau Fany belum apa- apa, lain kali abang akan memuaskan dik Win)”, tambah lelaki berkulit gelap tersebut.
Fany merasa aneh, Andri malah minta maaf karena persetubuhan itu hanya memuaskan satu pihak saja. Andri minta izin berangkat malam itu kira – kira jam 9 malam. Malam itu Fany tinggal sendiri di kamarnya, ada rasa kecewa karena Fany merasa hanya jadi sarana pelampiasan nafsu Andri saja.
Dan Sabtu itu Fany tetap di rumah saja, karena Andri ke Medan selama 3 hari. Merapikan rumah, dan membereskan pakaian untuk bekerjanya Senin nanti. Jam 10 pagi suaminya telpon. bahwa dia dan anaknya akan ke Bukittinggi hari Sabtu itu sekalian singgah di tempatnya. Suaminya datang sekitar jam 3 sore dengan mobil mereka di tempatnya bersama anaknya berikut mertua Fany.
Seharian itu Fany asyik dengan anak dan suaminya… jalan – jalan di daerah itu. Tak sedikitpun ada kesempatan atau waktu bagi wanita muda tersebut dan suaminya untuk dapat sedikit bermesraan dan berhubungan layaknya suami istri. Minggu sore sekitar jam jam 5 sore suaminya pulang ke Padang. Fanypun kembali larut dengan rutinitasnya..
Saat itu Fany baru pulang dari kantor sekitar jam 5 sore. Masih sendirian dia karena kakaknya Andri masih belum pulang Fany pun mandi membersihkan badannya, karena capai seharian kerja. Selasa malam itu Andri pulang. Dia pun langsung ke rumah dan mandi. Saat itu Fany mengenakan kimono tidur berikut penutup kepala seperti biasa dan celana panjang bermotif bunga.
Mengenakan pakai celana pendek dan hanya kaos kutang Andri lalu menemui Fany di kamarnya dan minta Fany menemaninya makan, di dalam rumah kakaknya sebab saat itu ia membawa oleh – oleh makanan yang ia beli di jalan. Fany yang merasakan lapar akhirnya mau menemaninya makan senja itu.
” Fan, uda bali nasi jo gulai kambiang di tampek langganan, lamak mah, kawani uda makan yo (Fan, abang, beli nasi dengan gulai kambing di tempat langganan, ini enak Fan, kawani abang makan ya)?”,kata Andri. Fany menurut saja dan menyajikan makanan itu untuk mereka makan malam itu. Setelah makan Fany merasakan makanan amat kentara panasnya,maklum gulai kambing.. pikirnya tubuhnya memanas peluhnya keluar .hingga keningnya basah, Andri juga begitu.
Setelah makan saat itu mereka duduk berhadapan, masih di dalam rumah itu. Fany menceritakan tentang kedatangan suaminya hari Sabtu itu kepada Andri. Andri hanya tersenyum simpul dan tidak sedikitpun merasa iri atau cemburu mendengar penuturan wanita muda berkulit putih itu. Kemudian ia berdiri dan meraih tangan kanan Fany dan menariknya kearah kamarnya. Fany agak keberatan, berusaha melepaskan tangannya karena tak terbiasa
” Ado apo kok Fany di bao ka siko da (ada apa kok Fany di bawa kesini)?, tanya Fany jengah.
” Ado sasuatu untuak Fany (ada sesuatu buat Fany)” jawabnya…
Fany dengan sedikit menahan diri melangkah ke kamar yang terletak di sebelah kiri terpisah dari rumah induk berlantai kayu itu dengan bergandengan tangan. Fany dimintanya duduk di tepian kasur spring bed dalam kamar itu, kakinya menjuntai. Fany duduk saja mengikuti permintaannya karena Andri memohon dengan amat sangat, tak terbersit sedikitpun akan hal- hal yang dapat terjadi pada benak wanita cantik tersebut, menurut saja.
Springbednya 1 lapis saja sudah lusuh dan jarang dicuci sepertinya. Juga bau rokok dan minuman terbersit pada hidung wanita bertubuh sintal itu. Fany memaklumi kamarnya yang agak jorok dan di sana sini banyak puntung rokok dan botol – botol minuman..
Kemudian Andri memgeluarkan sesuatu dari dalam laci meja di kamarnya berbentuk kotak berwarna hitam. Rupanya ia baru saja membeli sebuah kalung berwarna seperti emas putih. Fany merasa tersanjung atas sikapnya itu dan merasa terpuji..
“Iko hadiah (ini hadiah)” katanya.
” Uda mintak Fany mamakainyo kini juo (Abang minta Fany mau memakainya sekarang juga)” pintanya. Fany berusaha menolak
“Indak usahlah da..malu…” katanya dengan tersipu-sipu. dan merasa tidak ingin memakainya namun Andri yang saat itu berdiri di depannya terus memaksa. Akhirnya dengan terpaksa, Fany membiarkan lelaki itu bergerak kebelakang untuk melepaskan kalung itu yang tengah dipakainya. Fany menurut membiarkan, malah membantunya. Andri melepas penutup kepala Fany yang kemudian di letakkannya dia atas ranjang, serta melepas kalung yang selama itu membelit di lehernya. kemudian memberikan kalung yang selama ini Fany kenakan ketangan Fany, dan memasangkannya kalung berwarna putih itu pada leher mulusnya dari arah belakang, dan mulai saat itu Fany memakai kalung pemberian Andri.
Setelah kalung putih tersebut terpakai, Andri mulai menciumi dan mengelus tengkuk sebelah kanannya. Tangan satunya merangkul pinggang Fany dari belakang. Fany merinding, kepalanya menunduk karena geli, Fany berusaha menolakkan kepala Andri dengan tangan kanannya namun Andri terus saja menciumi tengkuknya, Fany kegelian dan Andri tak juga berhenti, sedangkan tangan kirinya sudah tidak berada di bahunya lagi, bergerak melalui ketiak ke depan, pada bukit padat yang membusung di dada Fany.
“Uhhh…..”Fany mengeluh merasakan gairahnya kembali terbit, lalu jemari kedua tangannya, memilin bukit padat yang membusung di dada Fany yang saat itu masih terbalut kimono dan pakaian dalamnya. Fany lalu berusaha melepas tangan Andri yang berada di dadanya, namun tidak bisa karena tenaganya lelaki tersebut kuat tak tergoyahkan! Hingga kancing kimono itu akhirnya dilepaskan Andri.
Fany diam saja hingga pakaian tersebut jatuh ke lantai. Membaringkan tubuh sintal yang terbuka pada bagian depannya hingga pinggang itu di atas ranjang. Hanya dua buah cup berwarna hijau muda polos, berukuran 34b yang masih menutupi bukit padat yang membusung indah di dada pemiliknya.
Perlahan Andri menciumi belahan dada yamg memutih mulus itu, mata Fany memicing menikmati rasa geli yang timbul.
“Ahh..”rintih wanita muda tersebut tak henti-hentinya. Hingga akhirnya penutup dada Fany lepas dan membebaskan bukit padat di dada wanita muda itu bersentuhan dengan udara bebas. Andri membalikkan tubuh Fany menyamping, hingga mereka berhadapan. Tangannya meraih kebelakang, pengait penutup dada Fany dilepaskan berikut kimononya. Tak sedikitpun wanita muda tersebut berusaha melarang atau menolak, karena dirinyapun telah tak punya lagi yang harus dipertahankan. Saat itu pakaian atasnya sudah lepas, tubuh mulus memutih tersebut telanjang hingga pinggang.
Pikirannya kosong Hanya tinggal celana panjang yang masih pada tempatnya. Kembali Andri membalikkan tubuh mulus itu menelentang, mulai berusaha menarik celana tersebut. Fany membiarkan saja menatap sendu pada wajah lelaki gagah tersebut. malah membantu mempermudah dengan mengangkat pinggul hingga pakaian dalam yang berukuran medium dan berwarna putih polos yang merupakan lembaran kain terakhirnyapun hingga meluncur turun pada kedua tungkai mulusnya dan lepas dilantai. Fany telanjang dan terkulai pasrah didera nafsunya yang mulai bergelora.
Andripun berdiri, melepas semua kain yang melekat di tubuhnya, dalam tatapan pasrah Fany yang terlentang telanjang. Lalu rebah di samping kiri nya. Fany pun mulai menginginkannya, mungkin karena pengaruh makanan tadi membuat tubuhnya seakan amat panas bergairah. Andri bergerak ia terus membelai dari dada hingga pusat kewanitaannya. Jari tangan kanannya masuk ke dalam lepitan kewanitaan yang basah!!! dibantu oleh kedua kaki Fany yang membuka memberikan jalan… Fany hanya bisa menatap mata Andri.., menggeliat bak cacing kepanasan dan merintih
“Ohh…”. Lalu Andri berdiri dalam tatapan Fany pada punggungnya dia dan mengambil sebuah botol berwarna hitam yang terletak di atas lemarinya. dan kembali duduk di samping kiri wanita muda yang telah telanjang tersebut. Menuangkan isinya yang berwarna merah, keatas perutnya hingga dada dan lehernya amat wangi.
Lalu ia menjilat cairan itu yang sudah tumpah di atas kulit perut dan noktah pusarnya hingga leher, ada rasa geli dingin dan gairah yang Fany rasakan dalam sinar lampu kamar yang saat itu terang benderang. Ia menjilatnya hingga tandas, lalu kepala Andri turun, meluncur kearah kewanitaannya, tubuhnya kembali berada di lantai, dengan kedua tangan tak henti-hentinya menggeluti bukit padat pada dada wanita bertubuh sintal tersebut.. Spontan kedua kaki Fany membuka, dirinya terangsang hebat..
Saat dirinya yang diam menikmati, Andripun membuka kewanitaan Fany dengan jemari tangan kanannya, lalu menjilatnya dengan lidahnya yang terasa kasar. Wanita bertubuh mulus itu hanya bisa menggeliat dan merintih-rintih. Fany memiringkan tubuh karena nikmat dan geli yang dirasakan bersamaan. menarik kepala lelaki itu. Dengan intens lidah Andri…. terus bermain di liang kewanitaan wanita bertubuh sintal tersebut, memggelitiki bagian lembut yang memerah muda dan telah badah itu.
Tampaknya ia amat ingin menyempurnakan dan menuntaskan gairah yang makin membulak-bulak yang melanda tubuh sintal itu.., beberapa saat kemudian Fany… orgasme…!!! Tubuhnya mengejang.., pinggulnya menelikung keatas sambil merintih dengan keras. Saat itu Fany hanya bisa memicingkan mata kejang,.. dan merintih.. , semua cairan kewanitaan miliknya dihisap Andri…!!!
Andri bangkit .lalu ia memandang wanita sintal yang terbaring bersimbah keringat. Tangannya yang berbulu kekar membuka kedua kaki Fany yang mulai merapat kembali, lalu meraih tangan kanan Fany dengan tangan kanannya, tiba-tiba saja Fany merasakan.. menyentuh dan memegang.. sebuah tonggak yang kuat. Dirinya kaget, rupanya Andri menarik tangan wanita muda itu agar memegang batang kejantanannya yang kokoh.
Fany takjub karena ukurannya yang luarbiasa.. Karena agak takut dilepaskannya kembali. Namun Andri dengan cepat menarik tangan wanita berkulit putih itu agar kembali memegangnya. Fany menggenggamnya sambil memandang ke wajah lelaki yang terbaring di sampingnya dengan rasa kuatir takut akan menyakitinya.., beberapa saat kemudian Fany melepaskannya kembali
Lalu Andri merangkak di atas tubuhnya yang telah lemas dan telentang. Kedua kaki wanita muda di di bukanya dan ia berjongkok memposisikan kejantanannya dengan tangan kanannya tepat pada lepitan basahnya. Menggesek-gesekkannya seperti kebiasaannya, Fanypun turut bergerak, menggeser pinggulnya agar ujung membola batang kokoh itu tepat pada lepitan kewanitaannya. Fany memicingkan mata yang ada hanya perasaan geli dan ingin cepat – cepat di masuki saja Lalu batang kaku itu masuk pelan pelan dengan lancar, awalnya geli, basah dan sebentuk benda hidup masuk.., sudah tidak sakit lagi!!!
“Uhh..”rintih Fany. Tubuh Fany terlonjak saat langsung mentok..! Kedua kakinya tetap terbuka. Kembali seluruh tubuh wanita itu di eksplorasi Andri dengan tangannya hingga Fany merasa sangat amat bergairah. Sedang kedua tangan wanita muda bertubuh sintal itu di bukanya dan jari merekapun saling mengenggam .di samping bahu telanjang wanita muda itu. Lidahnya menggigit dan menjilati bukit padat berikut puncaknya di dada wanita berkulit putih tersebut perlahan.
Bergantian sebelah kiri dan kanan . Lalu… lelaki itu bergerak menarik pinggulnya perlahan, sehingga lepitan kewanitan Fany seperti tertarik keluar dan sebaliknya saat batang kokoh tersebut menusuk ke dalam. Kepala wanita muda terlempar ke kiri dan ke kanan saking nikmatnya rasa yang menderanya. Pinggul padatnya bergerak menyambut dengan memutar di bawah karena terangsang hebat aliran strum birahi dan sesekali menyentak keatas ke bawah pada setiap hujamannya.
“Ahh…”klimaks kembali menghampiri wanita muda tersebut. Ada rasa seperti tersengat listrik…, tubuhnya melengkung keatas dan kedua kakinya menjepit pinggangnya di belakang. Seluruh tubuhnya mengeletar dengan pinggul yang bergerak liar. Fany ingin ia berlama lama dan tak cepat klimaks. Kewanitaannya ber denyut-denyut seolah menjepit merapat dengan kuat.
Membuat Andri amat bernafsu sekali dan bergerak makin cepat. Saat itu yang membuat Fany merasa takjup saat Andri memompa itu amatlah kuat, iramanya perlahan dengan batang kejantanannya yang kokoh tak henti menghunjam dan hingga beberapa kali dan kira – kira 15 menit kemudian itu Andri semakin cepat dan menumpahkan spermanya sambil menggeram Ada rasa hangat tumpah dalam kewanitaannya.., di rahimnya.
Andripun mendiamkan kejantanannya di dalam beberapa saat Lalu menggelosoh kesamping.. Kepuasan terpancar pada wajah wanita muda tersebut. Semburat memerah terbit pada wajahnya. Berpelukan mereka terbaring dia tas ranjang yang telah basah dan acak-acakan tersebut. Fany terpejam dan merasa hangat pada kewanitaannya. Fany puas
Kemudian Andri berdiri dan melangkah masuk kekamar mandi. Fany hanya memandang, terlentang dan telanjang dengan kaki masih terbuka, yang ada dalam pikiran saat itu hanya rasa lepas, puas dan tubuh capai, kehabisan tenaga dan daya.
Rupanya ia baru saja mandi, saat Fany melihatnya keluar dari kamar mandi dengan berlilitkan handuk pada pinggangnya. Andripun lantas meminta Fany untuk membersihkan diri di kamar mandi itu. Fanypun menurut dan beranjak ke kamar mandi, telanjang
Dalam kamar mandi itu Fany mengguyur tubuhnya dengan air dingin, segar sekali rasanya. Sewaktu menyabuni tak sedikitpun terbayangkan perlakuan Andri sebelumnya pada bagian – bagian tubuh mulusnya, yang penting tubuhnya bersih dan tidak ada keringat ataupun sisa bau tubuh Andri.
Lalu Fany melongok ke luar kamar mandi Fany meminta handuk untuk menutupi tubuh telanjangnya yang telah segar. Andri mendekat memberikan handuk yang ia pakai, untuk menutupi dan mengeringkan tubuh wanita muda yang basah setelah mandi. Fany melangkah keluar dari kamar mandi dengan menakai handuk yang berwarna biru muda, agak kotor dan bau, mungkin jarang di cuci, namun Fany tidak mempunyai pilihan.
Di kamar Fany pun kembali mencari cari untuk mengenakan pakaian dalamnya namun tidak ada dan Fany bertanya. Akhirnya carik segitiga itu dapat di temukan Andri tergeletak di sudut ranjang-nya. Fany tidak sadar bahwa benda kecil itu tadinya terlempar oleh perbuatan mereka berdua.
Andri berdiri mendekati di depan Fany. Fany berusaha merebut kain segitiga penutup pertemuan pahanya dari tangan Andri. Sambil bercanda Andri melemparkan benda itu ke atas ranjang. Fany bergerak cepat meraihnya, hampir dapat namun tak di duganya handuk yang melilit tubuh sintalnya terlepas dari tubuhnya.
“ ah.. ah.. uda (aw ah.. ah.. abang)”, Fany menjerit manja. Fany kembali telanjang, berusaha menutup pertemuan pahanya dengan tangannya. Andri yang telah mengenakan celana dalam itu kembali memeluknya. Fany langsung terjerembab jatuh ke atas ranjang itu diikuti tubuh lelaki dan langsung ditindih oleh tubuh besarnya yang masih lembab sehabis mandi.
Andri berusaha menciumi bibir wanita menggairahkan tersebut. Fany yang gelagapan tak menduganya menerima perlakuannya itu sehingga mereka saling kulum. Saat itu Fany pun tidak mau kalah, membalas setiap hisapan lidah Andri Sementara kedua tangan berada di samping kepala Fany, sedangkan naluriah tangan Fany mendekap bahunya. Di bawah, Fany hanya bisa membalas perlakuan bibir dan lidah Andri, meskipun kedua kakinya telah membuka, menempatkan tubuh Andri diantaranya.
Tangan kirinya lalu meraih bukit padat membulat di dada Fany dan meremasnya, bibir berkumis lelaki itupun ikut andil dengan memberi gigitan kecil pada bukit padat yang membusung pada bagian kanan sehingga Fany mulai bernafsu lagi dan mengikuti tindakan Lelaki itu serta dan membalasnya.. Tangan kiri Andri lalu menyelusuri perut turun kearah bawah pusar menemukan gundukan hangat kewanitaan Fany, dan jarinya masuk kedalam..!!
Fany semakin tidak karuan, Fany sudah mulai basah, gejolak tubuhnya sudah menegang, mendesah semakin menjulang, tubuh Andri turun, membuat rasa basahnya semakin menjadi – jadi saat kepala Andri ikut turun, menjilat seluruh isi kewanitaannya. Fany tentu saja menjepit kepalanya karena rasa geli.., gairah.., dan rasa yang seakan meledak di dalam tubuhnya sementara kedua tangannya berada pada kepala lelaki tersebut, menarik dan menjambak rambutnya..!! Fany mendengus,
“Mnnnh ah mm ughmm”, Fany mulai merasakan ada aliran basah mengalir dari dalam kewanitaannya.
Kemudian Andri bangkit dan berdiri, memposisikan tubuhnya sejajar diatas tubuh indah wanita muda tersebut. Tubuhmya telah telanjang juga . Rupanya saat melakukan rangsangan pada Fany, Andri juga melucuti pakaian dalamnya sendiri. Dengan kedua tangannya diraihnya kedua kaki wanita muda itu dan membukanya, sementara Fany hanya bisa memegang dengan erat kain sprei… Andri mengarahkan batang kokoh kejantanannya, bersiap memasuki tubuh wanita muda yang telah terkangkang pasrah itu.
Fany tak berani memandang ke bawah dan hanya menatap ke samping karena agak malu, kuatir dan jengah… Perlahan Fany merasakan sebentuk batang yang kokoh tengah memasuki tubuhnya di bawah. Wanita muda itu menggigit bibir bawahnya karena dirasakannya masih terasa seret dan nyilu. Tak dapat lagi ia hentikan karena telah mulai masuk.., rasanya panas dan kaku..! Lelaki itu bergerak memajukan pinggulnya, mendorong batang tegangnya hingga masuk semuanya..
“Ou… uhh..” erang Fany saat batang tegang yang kaku itu amblas terbenam… tubuhnya menggila matanya memicing… dengan tangan mencengkeram sprei. Fany tau keseluruhan batang tegang Andri telah terbenam amblas dalam kewanitannya saat terasa selangkangan lelaki itu saat berbenturan dengan pertemuan kedua paha Fany. Andri diam beberapa saat. Perlahan ditariknya kembali. Terasa lepitan kewanitannya tertarik kembali. Saat Fany mulai merasakan nyaman pada kewanitaannya dengan batang tegang itu didalamnya. Fany mendesah keras,
“Ouhh….” Baru beberapa senti kira-kira seperempat bagian yang keluar Andri mendorong pinggulnya lagi, sangat perlahan..! hingga mentok, rasanya hangat, masih ada sedikit rasa tebal dan nyilu…¦!!
Andri menarik kembali lagi beberapa saat hingga berulang- ulang, Gerakan Andri semakin cepat,
“Uu…auuu… ugh.. ugh…” Fany mendesah dengan cepat. Meski tanpa ada gerakan berarti dari tubuh wanita muda bertubuh indah itu karena sudah merasa capai dan otot pinggulnya serasa kaku, ia sangat menikmati persetubuhan ini. Fany menjadi agak malu karena saat Andri bergerak memacu pinggulnya itu terdengar ada kecipak bunyi – bunyian pada pertemuan kedua selangkangan mereka yang telah basah oleh keringat. Hingga sekarang Fany masih merasa malu pada dirinya sendiri apabila mengingat itu.
Beberapa saat kemudian Fany mengerang keras dengan serak, matanya terpejam dan meledak.. tubuhnya menegang kejang.., melentingkan punggungnya keatas bak ulat tertusuk duri, menjepit ketat pinggul Andri dengan kedua kakinya yang saling berkait di belakang Bagian dalam kewanitannya kembali berkedut-kedut. Jiwanya serasa ringan, terbang melayang… lalu terkulai.. capai..
“Ohh… ahhhhhh… addduhh…duhh”
Andri masih terus bergerak, menghujamkan batang tegangnya pada kelembutan basah kewanitaan Fany tak berhenti… malah semakin cepat..!!! Fany sudah sangat lemah saat itu, hanya terlentang, terkangkang pasrah. Kedua tangannya tergolek tidak berdaya memegang apapun. Hanya suara kecipak pertemuan kelamin mereka saja dan nafas Andri yang memburu riuh terdengar dalam ruangan itu.
Tidak lama kemudian Andri dengan cepat menyusul. Seraya menggeram ia menyentakan pinggulnya ke bawah dengan kuat membuat pinggul wanita muda itu terbenam dalam kelembutan ranjang, menyemburkan cairan kental yang hangat miliknya di dalam kewanitaan Fany. Dan iapun rebah lagi diatas tubuh wanita bertubuh sintal itu beberapa saat, lalu menggelosoh ke samping Fany..
Jam 2 malam itu juga Fany meminta di antar kembali ke kamarnya namun Andri memaksanya tidur di situ.
“Da… Fany.. ka kamar malam iko yo (bang Fany..kekamar malam ini ya..),
“Beko Uni uda pulang baa pulo? Bisa gawat da (nanti kakak abang pulang gimana? bisa gawat bang..)”.kata Fany tetap ngotot. Fany takut jika tiba-tiba kakaknya pulang sedangkan Fany berada di dalam kamar adiknya.
” Kan Fany masiah latiah, disiko sajo lah. Uni pulangnyo indak mungkin malam ko (kan Fany masih letih, disini sajalah, kakakku pulangnya gak mungkin malam ini koq)”, sahut Andri.
“Fany indak namuah lalok disiko, kalau di caliak urang lain tantang awak apo pulo katonyo beko (Fany tidak mau tidur disini, nanti jika dilihat orang lain tentang kita bagaimana)?”, kata Fany menerangkan.
Dengan berat hati dan malas-malasan Fany melangkah diantar Andri ke kamarnya, meski tidak terlalu jauh. Dan untungnya jalan menuju kamarnya lampunya tidak ada sehingga tidak akan ada orang yang tau. Saat sampai di pintu paviliunnyanya. Fany masuk tetapi dengan nakal tangan Andri masih sempat meraih dada membusung Fany yang langsung menepisnya. Saking lelahnya Fany tidak teliti sehingga penutup segitiga pakaian dalamnya masih tertinggal di kamar Andri. Fany berbisik pada Andri,
“Da, sarawa Fany lupo…, (bang pakaian dalam Fany lupa di pakai)”dengan tersenyum Andri berkata,
“Bisuak lah uda anta-an, maleh bulak baliak (besok abang antarkan, malas bolak balik).
Begitu tau Fany tidak mengenakan pakaian dalamnya, tangan Andri lansung meraih ke bawah, berusaha meraba kewanitaannya yang tertutup pakaian tidur.
” Malu da, iko kan dilua (malu ini kan diluar bang..)”, kata Fany
Fany kemudian mencuci muka dan berbaring. Langsung ia tertidur karena kelelahan yang amat sangat akibat persetubuhan tadi. Dan esok nya kembali bekerja seperti biasa. Fany juga sudah lupa pakaian dalamnya yang tertinggal di kamar Andri. Setelah dia mengatakan akan menyimpannya di tempat yang aman. Fany tidak kuatir lagi. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru